Pengguna internet medio 90-an hingga awal 2000-an mana yang tidak kenal Lycos? Mesin pencari dan web portal terbesar pada masanya itu merajai era ketika orang tengah berada di puncak kegandrungan pada segala hal yang berbau "dot com". Ketika gelembung dotcom akhirnya meletus, Lycos termasuk satu di antara beberapa yang beruntung mampu tetap eksis hingga sekarang, walau terlihat kembang-kempis. Riwayatnya masih lebih baik daripada mereka yang mengalami kebangkrutan total - atau nasib tak jelas - setelah sempat digadang-gadang setinggi langit oleh bursa perusahaan teknologi tinggi NASDAQ seperti Boo.com, Startups.com, Freeinternet.com, Think Tools AG, dan yang terakhir, GeoCities (Yahoo! akhirnya menutup layanan pembuatan halaman web gratisan ini pada 26 Oktober 2009, selang 10 tahun setelah membelinya seharga 3,57 milyar dollar pada 1999).
Lycos berawal sebagai sebuah proyek riset mesin pencari (search engine) yang digarap oleh Dr. Michael Loren dari Universitas Carnegie Mellon pada 1994. Pada 1995 Lycos beranjak menjadi perusahaan komersial; ditandai dengan menerima karyawan pertama yang sekaligus menjadi CEO (Chief Executive Officer) Lycos, Bob Davis. Tidak membutuhkan waktu lama buat Lycos untuk menikmati masa-masa keemasan bisnis mereka. Lycos bahkan menjadi tujuan online paling banyak dikunjungi pengguna internet pada tahun 1999. Tidak jauh beda seperti menyaksikan kejayaan Google saat ini.
Melihat potensinya yang luar biasa, Terra Networks (divisi internet dari raksasa telekomunikasi Spanyol, Telefónica) mengakuisisi Lycos pada tahun 2000 dengan nilai akuisisi sebesar $5,4 milyar. Pembelian oleh Terra Networks diiringi perubahan nama perusahaan menjadi Terra Lycos. Setelah proses merger resmi diselesaikan, Bob Davis mundur dari posisinya sebagai CEO Lycos untuk bergabung dengan Highland Capital Partners, sebuah perusahaan permodalan ventura yang bermarkas di Boston.
Entah lagi apesnya Terra Networks atau untungnya pemegang saham Lycos sebelumnya, yang jelas akuisisi tersebut hampir bertepatan dengan momentum puncak membesarnya gelembung internet (internet bubble) - sebelum akhirnya gelembung itu pecah berantakan. Namun pada masa-masa tersebut tampaknya memang tidak banyak investor dotcom yang berpikir realistik. Nilai kapitalisasi perusahaan-perusahaan teknologi informasi di pasar bursa NASDAQ yang terus membesar (yang mencapai klimaks pada 10 Maret 2000 ketika indeks komposit NASDAQ berada di puncak point 5132.52), dibarengi kegagalan perusahaan-perusahaan tersebut menciptakan laba mempercepat kejatuhan mereka.
Pada 2 Agustus 2004, Terra mengumumkan bahwa mereka menjual Lycos ke Daum Communications Corporation, perusahaan portal internet terbesar kedua di Korea Selatan, sebesar $95.4 juta. Harga penjualan ini sangat jauh di bawah nilai pembelian mereka tahun 2000 silam. Tapi masih lumayan daripada membuangnya begitu saja ke tong sampah ..
Pasca penjualan ke Daum Communications Corporation, perusahaan kembali kembali menggunakan nama lamanya, Lycos Inc, dan membuang embel-embel Terra di depannya.
Lycos di bawah kepemilikan baru memulai strategi bisnis yang berbeda. Dia meninggalkan fokus lamanya sebagai portal berbasis pencarian untuk beralih menjadi layanan hiburan pita lebar (broadband), meliputi Lycos Phone yang mengkombinasikan IM video chat, real-time video on demand dan MP3 player. Lycos juga memperkenalkan versi baru Lycos Mail yang mampu mengirim file attachment yang ukurannya tidak dibatasi. Sejak November 2006, Lycos berturut-turut merilis aplikasi video chat dengan platform Lycos Cinema, dan aplikasi Lycos MIX untuk membuat playlist video-video dari YouTube, Yahoo! Video, dan MySpace.
Lebih jauh, Lycos bahkan mulai melepaskan cabang-cabang usaha yang tidak menjadi bagian dari strategi bisnis barunya. Lycos menjual Quote.com dan RagingBull.com ke FT Interactive Data Corp pada 2006. Situs kencan online Matchmaker.com dijual pada Date.com. Wired News (Wired.com) dijual kepada Condé Nast.
Kini, properti lama yang tersisa di tangan Lycos tinggal Angelfire.com (layanan free hosting, blogging, dan web publishing), Tripod (layanan serupa dengan Angelfire. Versi Eropa Tripod kini telah ditutup), HotBot (pernah menjadi mesin pencari andalan ilmuwan, kini cuma sebagai front-end buat mesin pencari pihak ketiga seperti Yahoo! dan Bing), Gamesville (situs massive multiplayer game), dan HtmlGear (yang menyediakan tool buat halaman web seperti guestbook, dsb).
Apakah strategi baru Lycos akan berhasil? Entahlah. Waktu yang akan membuktikan. Namun setidaknya hingga saat ini mereka masih tetap eksis - walau terseok-seok dihajar generasi baru yang lebih perkasa dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman seperti Google, Facebook, YouTube, dan Twitter.
Lycos berawal sebagai sebuah proyek riset mesin pencari (search engine) yang digarap oleh Dr. Michael Loren dari Universitas Carnegie Mellon pada 1994. Pada 1995 Lycos beranjak menjadi perusahaan komersial; ditandai dengan menerima karyawan pertama yang sekaligus menjadi CEO (Chief Executive Officer) Lycos, Bob Davis. Tidak membutuhkan waktu lama buat Lycos untuk menikmati masa-masa keemasan bisnis mereka. Lycos bahkan menjadi tujuan online paling banyak dikunjungi pengguna internet pada tahun 1999. Tidak jauh beda seperti menyaksikan kejayaan Google saat ini.
Melihat potensinya yang luar biasa, Terra Networks (divisi internet dari raksasa telekomunikasi Spanyol, Telefónica) mengakuisisi Lycos pada tahun 2000 dengan nilai akuisisi sebesar $5,4 milyar. Pembelian oleh Terra Networks diiringi perubahan nama perusahaan menjadi Terra Lycos. Setelah proses merger resmi diselesaikan, Bob Davis mundur dari posisinya sebagai CEO Lycos untuk bergabung dengan Highland Capital Partners, sebuah perusahaan permodalan ventura yang bermarkas di Boston.
Entah lagi apesnya Terra Networks atau untungnya pemegang saham Lycos sebelumnya, yang jelas akuisisi tersebut hampir bertepatan dengan momentum puncak membesarnya gelembung internet (internet bubble) - sebelum akhirnya gelembung itu pecah berantakan. Namun pada masa-masa tersebut tampaknya memang tidak banyak investor dotcom yang berpikir realistik. Nilai kapitalisasi perusahaan-perusahaan teknologi informasi di pasar bursa NASDAQ yang terus membesar (yang mencapai klimaks pada 10 Maret 2000 ketika indeks komposit NASDAQ berada di puncak point 5132.52), dibarengi kegagalan perusahaan-perusahaan tersebut menciptakan laba mempercepat kejatuhan mereka.
Pada 2 Agustus 2004, Terra mengumumkan bahwa mereka menjual Lycos ke Daum Communications Corporation, perusahaan portal internet terbesar kedua di Korea Selatan, sebesar $95.4 juta. Harga penjualan ini sangat jauh di bawah nilai pembelian mereka tahun 2000 silam. Tapi masih lumayan daripada membuangnya begitu saja ke tong sampah ..
Pasca penjualan ke Daum Communications Corporation, perusahaan kembali kembali menggunakan nama lamanya, Lycos Inc, dan membuang embel-embel Terra di depannya.
Lycos di bawah kepemilikan baru memulai strategi bisnis yang berbeda. Dia meninggalkan fokus lamanya sebagai portal berbasis pencarian untuk beralih menjadi layanan hiburan pita lebar (broadband), meliputi Lycos Phone yang mengkombinasikan IM video chat, real-time video on demand dan MP3 player. Lycos juga memperkenalkan versi baru Lycos Mail yang mampu mengirim file attachment yang ukurannya tidak dibatasi. Sejak November 2006, Lycos berturut-turut merilis aplikasi video chat dengan platform Lycos Cinema, dan aplikasi Lycos MIX untuk membuat playlist video-video dari YouTube, Yahoo! Video, dan MySpace.
Lebih jauh, Lycos bahkan mulai melepaskan cabang-cabang usaha yang tidak menjadi bagian dari strategi bisnis barunya. Lycos menjual Quote.com dan RagingBull.com ke FT Interactive Data Corp pada 2006. Situs kencan online Matchmaker.com dijual pada Date.com. Wired News (Wired.com) dijual kepada Condé Nast.
Kini, properti lama yang tersisa di tangan Lycos tinggal Angelfire.com (layanan free hosting, blogging, dan web publishing), Tripod (layanan serupa dengan Angelfire. Versi Eropa Tripod kini telah ditutup), HotBot (pernah menjadi mesin pencari andalan ilmuwan, kini cuma sebagai front-end buat mesin pencari pihak ketiga seperti Yahoo! dan Bing), Gamesville (situs massive multiplayer game), dan HtmlGear (yang menyediakan tool buat halaman web seperti guestbook, dsb).
Apakah strategi baru Lycos akan berhasil? Entahlah. Waktu yang akan membuktikan. Namun setidaknya hingga saat ini mereka masih tetap eksis - walau terseok-seok dihajar generasi baru yang lebih perkasa dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman seperti Google, Facebook, YouTube, dan Twitter.
Komentar
Posting Komentar