Ketika Kevin Warwick berhasil menanam sepotong chip silikon yang berfungsi sebagai transmitter RFID ke bawah kulit lengan kirinya yang terhubung dengan sistem syarafnya, dia menjadi – dalam arti harfiah – cyborg pertama di dunia: hibrida antara manusia dengan mesin. Sebagian orang memuji Warwick sebagai pionir di ranah implantasi neuro-surgical, sebagian yang lain menganggapnya ilmuwan gila dan berbahaya yang ingin mempercepat evolusi manusia – bahkan memusnahkan spesies yang ada – dengan menciptakan ras hybrid superior di atas spesies manusia biasa, yakni ras cyborg.
Professor Kevin Warwick (lahir di Coventry pada 9 Februari 1954) adalah ilmuwan dan profesor cybernetic di University of Reading, Inggris. Pada usia 22 tahun dia mengambil studi di Aston University, dilanjutkan dengan PhD dan riset post doctoral di Imperial College, London. Pada tahun 2002 Warwick terpilih oleh IEE sebagai salah satu dari top 10 UK electrical engineers. Warwick juga termasuk dalam list 30 "great mind on the future" versi THES/Oxford University Book – predictions, bersama para pemikir besar multidisplin ilmu seperti J.K. galbraith, Umberto Eco, dan James Watson.
Warwick memiliki pandangan yang blak-blakan tentang masa depan, dengan ketertarikan yang tinggi pada bidang artificial intelligence (kecerdasan buatan) serta dampaknya terhadap spesies manusia. Dia berpendapat bahwa kita (spesies manusia) harus menggunakan teknologi untuk meningkatkan kemampuan kita agar tidak tersusul (overtaken) oleh 'ras' mesin atau robot. Dia beralasan bahwa manusia memiliki banyak keterbatasan jasmaniah, misalnya dalam kemampuan sensomotorik, dan hal tersebut dapat menyebabkan peradaban ras manusia tersusul bahkan tertinggal oleh mesin yang memiliki kecerdasan buatan dan kemampuan-kemampuan lain yang lebih baik dari manusia sendiri. Warwick secara lugas berkata bahwa dia ingin memiliki kemampuan ultra tersebut: "Saya samasekali tidak ingin hanya menjadi manusia biasa" ("There is no way I want to stay a mere human").
Warwick dikenal luas berkat studinya mengenai pengantarmukaan langsung (direct interfaces) antara sistem komputer dengan sistem saraf manusia, meskipun dia sebenarnya lebih banyak melakukan penelitian di bidang robotik. Pada hari Senin, 24 Agustus 1998, jam empat sore, dengan bantuan Dr. George Boulous yang mengerjakan proses pembedahan di Tilehurst Surgery, sebuah transmitter RFID sederhana ditanamkan di bawah kulitnya, dan digunakan untuk mengontrol pintu rumah, lampu, pemanas ruangan, dan peralatan-peralatan rumah tangga lain yang dikendalikan dengan komputer. Tujuan utama eksperimen tersebut adalah menguji batas kemampuan tubuh dan seberapa mudah menerima sinyal dari chip.
Pada 14 Maret 2002, sebagai bagian dari fase kedua Project Cyborg 2.0, sebuah rangkaian yang lebih kompleks yang terdiri atas seratus elektroda dimasukkan ke dalam lengan kirinya melalui pembedahan, dihubungkan dengan jaringan saraf median guna mendapatkan akses sinyal sarafnya.
Eksperimen tersebut berjalan sukses. Sinyal yang dihasilkan dari penyatuan sistem saraf manusia dengan sistem komputer itu sangat baik, sehingga Warwick dapat menggerakkan sebuah lengan robot (dibuat oleh Dr. Peter Kyberd) cukup dengan menggerakkan tangannya sendiri. Tangan robot itu bergerak meniru gerakan tangannya karena menangkap sinyal saraf yang sama dari tubuh Warwick, diiubah ke dalam sinyal elektrik dengan bantuan rangkaian elektroda tersebut, lalu diterjemahkan oleh komputer sebagai data digital sehingga dapat dimengerti oleh mesin.
Sukses tersebut sekaligus juga membuka kemungkinan baru untuk penelitian lebih lanjut, apakah sinyal emosi dan pikiran manusia dapat diubah menjadi data digital, lalu ditransfer kepada orang lain melalui saluran internet. Jika dapat, tentu akan menjadi satu terobosan besar. Terlebih apabila emosi dan perasaan - atau bahkan isi benak manusia - dapat diubah ke format digital lalu ditransfer via saluran wireless, misalnya WiFi, tentu kita dapat membayangkan sebagai teknologi telepati yang revolusioner.
Warwick telah menjajal kemungkinan tersebut. Sebuah rangkaian sederhana ditanamkan ke lengan istrinya, Irena, dengan tujuan menciptakan sebentuk telepati atau empati menggunakan internet untuk mengirimkan sinyal dari jarak jauh. Hasilnya sangat mengagumkan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban, sistem saraf dua manusia dapat dihubungkan secara elektronis murni. Efek yang ditakutkan, yakni rusaknya sistem saraf akibat interferensi atau hubungan langsung ternyata tidak terjadi. Pengukuran menggunakan the University of Southampton Hand Assessment Procedure (SHAP) tidak menemukan hal-hal yang perlu dikhawatirkan.
Proyek Warwick yang lain tentang kecerdasan buatan adalah sebuah kepala robot yang diberi nama Morgui. Kepala robot tersebut memiliki kemampuan panca indra: pengelihatan, pendengaran, infra merah, ultrasonik, dan radar, serta memiliki kemampuan ingatan visual (image storage capabilities). Morgui digunakan untuk melakukan investigasi sensor data fusion. University of Reading Research and Ethics Committee memberi rating X kepada kepala robot tersebut, karena dianggap terlalu menakutkan buat anak di bawah umur. Artinya anak dibawah usia 18 tahun harus mendapatkan izin orang tua sebelum diperbolehkan berinteraksi dengannya.
Riset-riset Professor Warwick sering dijadikan bahan referensi oleh peneliti lain. National Geographic International bahkan membuat film dokumenter khusus berdurasi satu jam seputar penelitiannya, berjudul "I, Human".
Professor Kevin Warwick (lahir di Coventry pada 9 Februari 1954) adalah ilmuwan dan profesor cybernetic di University of Reading, Inggris. Pada usia 22 tahun dia mengambil studi di Aston University, dilanjutkan dengan PhD dan riset post doctoral di Imperial College, London. Pada tahun 2002 Warwick terpilih oleh IEE sebagai salah satu dari top 10 UK electrical engineers. Warwick juga termasuk dalam list 30 "great mind on the future" versi THES/Oxford University Book – predictions, bersama para pemikir besar multidisplin ilmu seperti J.K. galbraith, Umberto Eco, dan James Watson.
Warwick memiliki pandangan yang blak-blakan tentang masa depan, dengan ketertarikan yang tinggi pada bidang artificial intelligence (kecerdasan buatan) serta dampaknya terhadap spesies manusia. Dia berpendapat bahwa kita (spesies manusia) harus menggunakan teknologi untuk meningkatkan kemampuan kita agar tidak tersusul (overtaken) oleh 'ras' mesin atau robot. Dia beralasan bahwa manusia memiliki banyak keterbatasan jasmaniah, misalnya dalam kemampuan sensomotorik, dan hal tersebut dapat menyebabkan peradaban ras manusia tersusul bahkan tertinggal oleh mesin yang memiliki kecerdasan buatan dan kemampuan-kemampuan lain yang lebih baik dari manusia sendiri. Warwick secara lugas berkata bahwa dia ingin memiliki kemampuan ultra tersebut: "Saya samasekali tidak ingin hanya menjadi manusia biasa" ("There is no way I want to stay a mere human").
Warwick dikenal luas berkat studinya mengenai pengantarmukaan langsung (direct interfaces) antara sistem komputer dengan sistem saraf manusia, meskipun dia sebenarnya lebih banyak melakukan penelitian di bidang robotik. Pada hari Senin, 24 Agustus 1998, jam empat sore, dengan bantuan Dr. George Boulous yang mengerjakan proses pembedahan di Tilehurst Surgery, sebuah transmitter RFID sederhana ditanamkan di bawah kulitnya, dan digunakan untuk mengontrol pintu rumah, lampu, pemanas ruangan, dan peralatan-peralatan rumah tangga lain yang dikendalikan dengan komputer. Tujuan utama eksperimen tersebut adalah menguji batas kemampuan tubuh dan seberapa mudah menerima sinyal dari chip.

Eksperimen tersebut berjalan sukses. Sinyal yang dihasilkan dari penyatuan sistem saraf manusia dengan sistem komputer itu sangat baik, sehingga Warwick dapat menggerakkan sebuah lengan robot (dibuat oleh Dr. Peter Kyberd) cukup dengan menggerakkan tangannya sendiri. Tangan robot itu bergerak meniru gerakan tangannya karena menangkap sinyal saraf yang sama dari tubuh Warwick, diiubah ke dalam sinyal elektrik dengan bantuan rangkaian elektroda tersebut, lalu diterjemahkan oleh komputer sebagai data digital sehingga dapat dimengerti oleh mesin.
Sukses tersebut sekaligus juga membuka kemungkinan baru untuk penelitian lebih lanjut, apakah sinyal emosi dan pikiran manusia dapat diubah menjadi data digital, lalu ditransfer kepada orang lain melalui saluran internet. Jika dapat, tentu akan menjadi satu terobosan besar. Terlebih apabila emosi dan perasaan - atau bahkan isi benak manusia - dapat diubah ke format digital lalu ditransfer via saluran wireless, misalnya WiFi, tentu kita dapat membayangkan sebagai teknologi telepati yang revolusioner.

Proyek Warwick yang lain tentang kecerdasan buatan adalah sebuah kepala robot yang diberi nama Morgui. Kepala robot tersebut memiliki kemampuan panca indra: pengelihatan, pendengaran, infra merah, ultrasonik, dan radar, serta memiliki kemampuan ingatan visual (image storage capabilities). Morgui digunakan untuk melakukan investigasi sensor data fusion. University of Reading Research and Ethics Committee memberi rating X kepada kepala robot tersebut, karena dianggap terlalu menakutkan buat anak di bawah umur. Artinya anak dibawah usia 18 tahun harus mendapatkan izin orang tua sebelum diperbolehkan berinteraksi dengannya.
Riset-riset Professor Warwick sering dijadikan bahan referensi oleh peneliti lain. National Geographic International bahkan membuat film dokumenter khusus berdurasi satu jam seputar penelitiannya, berjudul "I, Human".
Komentar
Posting Komentar