Sejak awal 80-an, Global Positioning System (GPS), sistem navigasi satelit global (Global Navigation Satellite System, GNSS) yang dibuat oleh departemen pertahanan Amerika Serikat dan dikelola oleh United States Air Force 50th Space Wing, adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang terbuka untuk digunakan oleh warga sipil. Namun pada akhir 90-an, sejumlah negara memulai proyek sistem navigasi satelit mereka sendiri, baik untuk keperluan militer maupun sipil.
Kebutuhan untuk memiliki sistem navigasi satelit yang independen menguat ketika negara-negara tersebut merasa perlu untuk memperoleh akses penuh atas sistem semacam itu sebagai persiapan apabila menghadapi situasi bermusuhan (hostile situation), tanpa ketergantungan kepada Amerika Serikat selaku pemilik GPS. Selain Amerika Serikat, Russia adalah satu-satunya negara yang telah memiliki sistem navigasi satelit sendiri sejak tahun 1976, bernama GLONASS – namun baru membuka aksesnya untuk penggunaan oleh sipil pada pertengahan 2007.
Berikut adalah beberapa sistem navigasi satelit yang digadang-gadang sebagai kompetitor, atau justru bisa jadi akan menenggelamkan pamor GPS milik Amerika Serikat. Keberadaan sistem-sistem baru ini otomatis mengurangi dominasi Amerika dalam penguasaan teknologi dirgantara/antariksa:
GLONASS (GLObal NAvigation Satellite System) - Rusia
GLONASS dibangun oleh bekas Uni Soviet dan kini dioperasikan oleh Russian Space Forces. GLONASS merupakan sistem yang menyediakan informasi real time position dan velocity determination. Dengan kata lain sistem ini mampu mendeteksi secara simultan posisi dan kecepatan gerak suatu obyek di permukaan bumi dalam wilayah pengamatannya. Kemampuan ini digunakan oleh militer Soviet untuk navigasi dan pengarahan misil balistik. GLONASS adalah sistem navigasi satelit generasi kedua milik Soviet yang merupakan pengembangan dari Tsikada system.
Pada puncak efisiensinya (peak efficiency), GLONASS mampu menyediakan tingkat akurasi untuk horizontal positioning antara 57 - 70 meter, vertical positioning 70 meter, pengukuran vektor kecepatan 15 cm/detik, dan waktu transfer hingga 1 µs (semua dengan tingkat probabilitas 99.7%).
Per Februari 2009, sistem GLONASS terdiri atas konstelasi 20 satelit, di mana 19 satelit beroperasi secara penuh dan satu satelit dalam pemeliharaan. Secara teknis sistem GLONASS membutuhkan 18 satelit untuk melayani kebutuhan navigasi di wilayah Federasi Rusia secara kontinyu, dan 24 satelit untuk melayani kebutuhan global. Pada Januari 2004, the Russian Space Agency (RSA) mengumumkan kesepakatan bersama dengan Indian Space Research Organization untuk membangun kembali sistem GLONASS sehingga dapat menyediakan constant coverage untuk wilayah Rusia dan India. Sistem tersebut akan beroperasi penuh dengan 24 satelit pada 2010 ini.
Pada 18 Mei 2007, Presiden Rusia Vladimir Putin membuka akses sistem GLONASS untuk kebutuhan sipil baik warga Rusia maupun negara lain secara gratis dan tanpa pembatasan. Putin juga memerintahkan Russian Federal Space Agency mengkoordinasikan upaya pemeliharaan dan pengembangan GLONASS untuk penggguna sipil dan komersial. Putin bahkan memasang kalung leher yang berisi perangkat GLONASS untuk Koni, anjing labrador hitam miliknya, sebagai contoh penerapan teknologi GLONASS untuk memonitor keberadaan ternak dan binatang liar yang dilindungi di alam bebas.
Untuk sarana navigasi buat sipil, beberapa produsen alat penerima GPS portabel seperti Magellan, Septrentio, JAVAD, Topcon, Leica Geosystems, dan Trimble juga telah memproduksi versi alat navigasi portabel untuk GLONASS. NPO Progress memproduksi GALS-A1 yang memiliki dua kemampuan sekaligus, yakni sebagai penerima GPS dan GLONASS.
Galileo – Uni Eropa
Proyek Galileo yang bernilai € 3.4 miliar dibangun oleg Uni Eropa dan European Space Agency (ESA) sebagai alternatif dan komplemen bagi Global Positioning System (GPS) Amerika Serikat yang telah mapan, dan GLONASS Rusia. Teknologi Galileo didesain dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi dari GPS dan GLONASS (dan menggunakan sistem metrik) termasuk dalam pengukuran ketinggian (altitude) suatu obyek dari permukaan laut, dan layanan penentuan posisi yang lebih baik pada garis lintang.
Galileo menjadi teknologi sipil yang memungkinkan siapapun menggunakannya secara bebas. Hal inilah yang mengkhawatirkan Amerika Serikat. Tingkat akurasi Galileo yang lebih baik dari GPS dikhawatirkan dapat dimanfaatkan oleh pihak musuh untuk menggunakannya secara militer untuk menyerang target-target di wilayah Amerika. Frekuensi yang digunakan Galileo membuat hampir mustahil bagi AS memblok sinyal Galileo tanpa mengganggu sinyal GPS untuk keperluan militer mereka sendiri (M-Band).
Menjadikan Galileo sebagai sistem alternatif atau komplemen bagi GPS dan GLONASS tampaknya hanyalah basa-basi politik Uni Eropa. Kenyataan bahwa teknologi Galileo lebih unggul menunjukkan kalau Uni Eropa sebetulnya lebih bertujuan membangun sistem navigasi independen, tidak bergantung pada Amerika dan Rusia. Upaya ini penting karena seandainya terjadi situasi perang, baik Amerika maupun Rusia dapat saja secara mendadak menutup akses GPS maupun GLONASS menggunakan teknik enkripsi sinyal.
Beidou - China
Beidou Navigation System atau Beidou Satellite Navigation and Positioning System adalah proyek pemerintah China untuk membangun sistem navigasi satelit independen. Sistem Beidou-1 yang ada saat ini (terdiri atas 4 satelit orbit geostasioner) masih merupakan sistem eksperimental (uji coba) dan memiliki coverage maupun aplikasi yang terbatas. China berencana membangun sistem penuh yang menjangkau area global yang terdiri atas 35 satelit,di bawah nama Compass atau Beidou-2.
Berbeda dengan GPS, GLONASS, dan Galileo yang menggunakan satelit dengan orbit menengah, Beidou-1 menggunakan satelit orbit geostasioner. Ini berarti sistem Beidou tidak membutuhkan konstelasi yang terdiri dari banyak satelit.
Rancangan sebenarnya sistem Beidou terdiri atas 35 satelit; 5 satelit dengan orbit geostasioner dan 30 satelit Medium Earth Orbit (MEO). Penambahan satelit MEO ini untuk melayani kebutuhan navigasi global. Servis yang ditawarkan Beido terdiri atas dua tingkat: layanan gratis untuk penggunaan sipil di China, dan layanan berlisensi untuk keperluan militer.
IRNSS (Indian Regional Navigational Satellite System) - India
The Indian Regional Navigational Satellite System (IRNSS) adalah sistem navigasi satelit regional yang dikembangkan oleh Indian Space Research Organisation yang berada di bawah kontrol penuh pemerintah India. Sistem IRNSS dirancang untuk menyediakan akurasi posisi absolut 20 meter untuk seluruh wilayah India dan area tambahan di luar India sejauh 2000 kilometer.
Proposal IRNSS memaparkan sistem tersebut sebagai konstelasi tujuh satelit dan mendukung segmen permukaan (ground segment). Tiga satelit akan ditempatkan di orbit geostasioner dan sisanya di orbit inklinasi geosynchronous. Muatan satelit terdiri atas jam atom dan perlengkapan elektronik untuk menghasilkan sinyal navigasi. Sinyal navigasi tersebut ditransmisikan menggunakan S-band frequency (2-4 GHz) dan dipancarkan melalui phased array antenna untuk memelihara kekuatan sinyal dan area cakupan yang dibutuhkan. Satelit-satelit yang digunakan memiliki berat sekitar 1.330 kilogram, dan dilengkapi solar panel (panel tenaga matahari) yang mampu menghasilkan listrik sebesar 1.400 watt untuk memenuhi kebutuhan listrik satelit tersebut.
QZSS (Quasi-Zenith Satellite System) - Jepang
Diotorisasi oleh pemerintah Jepang tahun 2002, the Quasi-Zenith Satellite System (QZSS) adalah konstelasi tiga satelit time transfer system yang diperkaya untuk keperluan global positioning system di wilayah Jepang.
QZSS dibuat oleh Advanced Space Business Corporation (ASBC), sebuah konsorsium yang terdiri atas Mitsubishi Electric Corp., Hitachi Ltd., dan GNSS Technologies Inc. Satelit-satelit tersebut akan ditempatkan pada Highly Elliptical Orbit (HEO).
QZSS ditargetkan untuk melayani kebutuhan aplikasi bergerak, menyediakan layanan komunikasi audio, video, dan data, serta informasi posisi. Layanan positioning QZSS juga dikolaborasikan dengan satelit-satelit geostasioner milik Japan's Multi-Functional Transport Satellite (MTSAT), yang menyerupai sistem milik badan penerbangan Amerika Serikat, Wide Area Augmentation System (WAAS).
Kebutuhan untuk memiliki sistem navigasi satelit yang independen menguat ketika negara-negara tersebut merasa perlu untuk memperoleh akses penuh atas sistem semacam itu sebagai persiapan apabila menghadapi situasi bermusuhan (hostile situation), tanpa ketergantungan kepada Amerika Serikat selaku pemilik GPS. Selain Amerika Serikat, Russia adalah satu-satunya negara yang telah memiliki sistem navigasi satelit sendiri sejak tahun 1976, bernama GLONASS – namun baru membuka aksesnya untuk penggunaan oleh sipil pada pertengahan 2007.
Berikut adalah beberapa sistem navigasi satelit yang digadang-gadang sebagai kompetitor, atau justru bisa jadi akan menenggelamkan pamor GPS milik Amerika Serikat. Keberadaan sistem-sistem baru ini otomatis mengurangi dominasi Amerika dalam penguasaan teknologi dirgantara/antariksa:
GLONASS (GLObal NAvigation Satellite System) - Rusia
GLONASS dibangun oleh bekas Uni Soviet dan kini dioperasikan oleh Russian Space Forces. GLONASS merupakan sistem yang menyediakan informasi real time position dan velocity determination. Dengan kata lain sistem ini mampu mendeteksi secara simultan posisi dan kecepatan gerak suatu obyek di permukaan bumi dalam wilayah pengamatannya. Kemampuan ini digunakan oleh militer Soviet untuk navigasi dan pengarahan misil balistik. GLONASS adalah sistem navigasi satelit generasi kedua milik Soviet yang merupakan pengembangan dari Tsikada system.
Pada puncak efisiensinya (peak efficiency), GLONASS mampu menyediakan tingkat akurasi untuk horizontal positioning antara 57 - 70 meter, vertical positioning 70 meter, pengukuran vektor kecepatan 15 cm/detik, dan waktu transfer hingga 1 µs (semua dengan tingkat probabilitas 99.7%).
Per Februari 2009, sistem GLONASS terdiri atas konstelasi 20 satelit, di mana 19 satelit beroperasi secara penuh dan satu satelit dalam pemeliharaan. Secara teknis sistem GLONASS membutuhkan 18 satelit untuk melayani kebutuhan navigasi di wilayah Federasi Rusia secara kontinyu, dan 24 satelit untuk melayani kebutuhan global. Pada Januari 2004, the Russian Space Agency (RSA) mengumumkan kesepakatan bersama dengan Indian Space Research Organization untuk membangun kembali sistem GLONASS sehingga dapat menyediakan constant coverage untuk wilayah Rusia dan India. Sistem tersebut akan beroperasi penuh dengan 24 satelit pada 2010 ini.
Pada 18 Mei 2007, Presiden Rusia Vladimir Putin membuka akses sistem GLONASS untuk kebutuhan sipil baik warga Rusia maupun negara lain secara gratis dan tanpa pembatasan. Putin juga memerintahkan Russian Federal Space Agency mengkoordinasikan upaya pemeliharaan dan pengembangan GLONASS untuk penggguna sipil dan komersial. Putin bahkan memasang kalung leher yang berisi perangkat GLONASS untuk Koni, anjing labrador hitam miliknya, sebagai contoh penerapan teknologi GLONASS untuk memonitor keberadaan ternak dan binatang liar yang dilindungi di alam bebas.
Untuk sarana navigasi buat sipil, beberapa produsen alat penerima GPS portabel seperti Magellan, Septrentio, JAVAD, Topcon, Leica Geosystems, dan Trimble juga telah memproduksi versi alat navigasi portabel untuk GLONASS. NPO Progress memproduksi GALS-A1 yang memiliki dua kemampuan sekaligus, yakni sebagai penerima GPS dan GLONASS.
Galileo – Uni Eropa
Proyek Galileo yang bernilai € 3.4 miliar dibangun oleg Uni Eropa dan European Space Agency (ESA) sebagai alternatif dan komplemen bagi Global Positioning System (GPS) Amerika Serikat yang telah mapan, dan GLONASS Rusia. Teknologi Galileo didesain dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi dari GPS dan GLONASS (dan menggunakan sistem metrik) termasuk dalam pengukuran ketinggian (altitude) suatu obyek dari permukaan laut, dan layanan penentuan posisi yang lebih baik pada garis lintang.
Galileo menjadi teknologi sipil yang memungkinkan siapapun menggunakannya secara bebas. Hal inilah yang mengkhawatirkan Amerika Serikat. Tingkat akurasi Galileo yang lebih baik dari GPS dikhawatirkan dapat dimanfaatkan oleh pihak musuh untuk menggunakannya secara militer untuk menyerang target-target di wilayah Amerika. Frekuensi yang digunakan Galileo membuat hampir mustahil bagi AS memblok sinyal Galileo tanpa mengganggu sinyal GPS untuk keperluan militer mereka sendiri (M-Band).
Menjadikan Galileo sebagai sistem alternatif atau komplemen bagi GPS dan GLONASS tampaknya hanyalah basa-basi politik Uni Eropa. Kenyataan bahwa teknologi Galileo lebih unggul menunjukkan kalau Uni Eropa sebetulnya lebih bertujuan membangun sistem navigasi independen, tidak bergantung pada Amerika dan Rusia. Upaya ini penting karena seandainya terjadi situasi perang, baik Amerika maupun Rusia dapat saja secara mendadak menutup akses GPS maupun GLONASS menggunakan teknik enkripsi sinyal.
Beidou - China
Beidou Navigation System atau Beidou Satellite Navigation and Positioning System adalah proyek pemerintah China untuk membangun sistem navigasi satelit independen. Sistem Beidou-1 yang ada saat ini (terdiri atas 4 satelit orbit geostasioner) masih merupakan sistem eksperimental (uji coba) dan memiliki coverage maupun aplikasi yang terbatas. China berencana membangun sistem penuh yang menjangkau area global yang terdiri atas 35 satelit,di bawah nama Compass atau Beidou-2.
Berbeda dengan GPS, GLONASS, dan Galileo yang menggunakan satelit dengan orbit menengah, Beidou-1 menggunakan satelit orbit geostasioner. Ini berarti sistem Beidou tidak membutuhkan konstelasi yang terdiri dari banyak satelit.
Rancangan sebenarnya sistem Beidou terdiri atas 35 satelit; 5 satelit dengan orbit geostasioner dan 30 satelit Medium Earth Orbit (MEO). Penambahan satelit MEO ini untuk melayani kebutuhan navigasi global. Servis yang ditawarkan Beido terdiri atas dua tingkat: layanan gratis untuk penggunaan sipil di China, dan layanan berlisensi untuk keperluan militer.
IRNSS (Indian Regional Navigational Satellite System) - India
The Indian Regional Navigational Satellite System (IRNSS) adalah sistem navigasi satelit regional yang dikembangkan oleh Indian Space Research Organisation yang berada di bawah kontrol penuh pemerintah India. Sistem IRNSS dirancang untuk menyediakan akurasi posisi absolut 20 meter untuk seluruh wilayah India dan area tambahan di luar India sejauh 2000 kilometer.
Proposal IRNSS memaparkan sistem tersebut sebagai konstelasi tujuh satelit dan mendukung segmen permukaan (ground segment). Tiga satelit akan ditempatkan di orbit geostasioner dan sisanya di orbit inklinasi geosynchronous. Muatan satelit terdiri atas jam atom dan perlengkapan elektronik untuk menghasilkan sinyal navigasi. Sinyal navigasi tersebut ditransmisikan menggunakan S-band frequency (2-4 GHz) dan dipancarkan melalui phased array antenna untuk memelihara kekuatan sinyal dan area cakupan yang dibutuhkan. Satelit-satelit yang digunakan memiliki berat sekitar 1.330 kilogram, dan dilengkapi solar panel (panel tenaga matahari) yang mampu menghasilkan listrik sebesar 1.400 watt untuk memenuhi kebutuhan listrik satelit tersebut.
QZSS (Quasi-Zenith Satellite System) - Jepang
Diotorisasi oleh pemerintah Jepang tahun 2002, the Quasi-Zenith Satellite System (QZSS) adalah konstelasi tiga satelit time transfer system yang diperkaya untuk keperluan global positioning system di wilayah Jepang.
QZSS dibuat oleh Advanced Space Business Corporation (ASBC), sebuah konsorsium yang terdiri atas Mitsubishi Electric Corp., Hitachi Ltd., dan GNSS Technologies Inc. Satelit-satelit tersebut akan ditempatkan pada Highly Elliptical Orbit (HEO).
QZSS ditargetkan untuk melayani kebutuhan aplikasi bergerak, menyediakan layanan komunikasi audio, video, dan data, serta informasi posisi. Layanan positioning QZSS juga dikolaborasikan dengan satelit-satelit geostasioner milik Japan's Multi-Functional Transport Satellite (MTSAT), yang menyerupai sistem milik badan penerbangan Amerika Serikat, Wide Area Augmentation System (WAAS).
Komentar
Posting Komentar