Langsung ke konten utama

Akhirnya, Google Membuka Rahasia Bagi Hasil Pendapatan dari AdSense

Misteri terbesar buat para publisher AdSense akhirnya terkuak. Setelah sekian lama menutup rapat-rapat informasi terkait pembagian pendapatan AdSense, akhirnya Google membukanya kepada publik. Melalui posting di blog resmi Google AdSense, Neal Mohan, Vice President dan Product Management Google mengumumkan hal itu.

Berdasarkan informasi resmi revenue share tersebut, diketahui bahwa untuk kategori AdSense for content (unit-unit iklan Google yang ditampilkan pada situs publisher), publisher menerima bagi hasil 68%, dan sisanya sebanyak 32% menjadi bagian Google. Sementara untuk AdSense for search (kotak pencarian Google yang ditempatkan pada situs-situs publisher), publisher menerima 51% revenue share dan Google 49%. Terjemahan simpel dari angka-angka tersebut adalah, untuk setiap $100 nilai iklan yang terpampang di situs anda, $68 adalah milik anda, dan sisanya $32 menjadi bagian Google sebagai pihak yang men-deliver iklan-iklan tersebut ke situs atau blog anda.

Revenue share di atas tampaknya akan stabil dan tidak mengalami perubahan - setidaknya dalam waktu dekat. Hal tersebut secara tersirat dapat diketahui dari keterangan tambahan Neal Mohan bahwa untuk AdSense for content, ratio sakti 68:32 itu tidak pernah berubah sejak peluncuran program AdSense for content pada 2003. Demikian pula untuk AdSense for search, ratio 51:49 telah bertahan sejak 2005. Mohan mengatakan bahwa kecuali terdapat perubahan yang drastis dalaman struktur pengeluaran Google atau hal-hal lain yang mempengaruhi kemampuan finansial mereka, ke depan Google tidak mempunyai rencana untuk mengubah revenue share tersebut.

So, bagi para publisher AdSense berharaplah agar Google tetap makmur dan jaya, karena dengan demikian arus pendapatan anda dari AdSense juga tetap mengalir lancar. Sebuah simbiosis mutualisme .. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berapa Jauh Seekor Kuda Mampu Berlari?

Pertanyaan itu selalu menggelayut setiap kali menonton film-film western macam Dances with Wolves , di mana para penunggang - baik kulit putih maupun indian - memperlakukan kuda tunggangannya bak sepeda motor bermesin saja, memacunya melintasi prairi yang lebarnya berpuluh kilometer. Bagaimanapun kuda adalah makhluk hidup, bukan mesin yang bisa dijalankan semaunya. Mereka dapat menjadi lelah dan butuh istirahat. Yang membedakan kuda dengan kebanyakan mamalia lain adalah endurance mereka yang luar biasa. Berikut beberapa fakta tentang daya tahan fisik seekor kuda yang luar biasa, saya kutip dari the Ultimate Horse Site . Rekor klasik - Pada 1889, Dimitri Peshkov melakukan perjalanan panjang dengan kudanya sejauh 5.500 mil dari Albanzinski, Siberia, menuju St. Petersburg - Kuda Akhal-Teke yang merupakan peranakan dari Turkmenistan, dikenal sebagai kuda dengan daya tahan yang prima. Pada 1935, 38 penunggang kuda Akhal Teke menempuh 2.600 mil dari Ashkabad ke Moskow, 215 mil diantaranya m

Tips Memilih Kursi Ergonomis Untuk Bekerja Nyaman di Depan Komputer

Karakteristik pekerjaan yang mengharuskan penggunaan komputer sebagai peralatan kerja membuat para karyawan kantoran, penulis, programmer, hingga pekerja kreatif seperti web designer atau digital artist menghabiskan sebagian besar jam sibuk mereka duduk di depan layar komputer meja ( PC desktop ) atau laptop. Namun di sisi lain berlama-lama duduk statis di depan layar bukanlah aktivitas yang sehat. Karena itu, untuk mencegah efek buruk terhadap kesehatan seperti sakit punggung ( back pain ), cedera karena tekanan terus-menerus (repetitive stress injuries ), dan sakit leher, kita harus melakukan upaya untuk membuat suasana berkomputasi menjadi seergonomis mungkin. Salah satunya adalah dengan menggunakan kursi kerja berkaidah ergonomik. Menurut artikel TWiki yang dipublikasikan oleh situs web Richmond University , Kata ergonomi berasal bahasa Yunani; ergo = bekerja dan nomos = ilmu tentang. Maka ergonomi secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang segala aspek kegiatan

Di Balik Bullet Time, Efek Visual The Matrix (1999)

Sekarang mungkin terlihat biasa saja, bahkan terkesan sebagai efek visual 'pasaran' saking seringnya digunakan. Namun ketika The Matrix muncul pada 1999 dengan kejutan efek bullet time yang mampu menghadirkan adegan super slow motion saat Neo (Keanu Reeves) menghindari peluru yang ditembakkan ke arahnya sembari kamera bergerak memutari dirinya, adegan tersebut membikin penonton terpesona. The Matrix bahkan memicu trend penggunaan efek bullet time pada film-film layar lebar lain, kartun, iklan televisi, klip musik, hingga video-video parodi. Bullet time, sering disebut juga dengan virtual camera movement effect , adalah teknik simulasi kecepatan variabel yang diperkaya secara digital, yang memiliki dua karakteristik. Pertama adalah permutasi ekstrem atas waktu sehingga mampu menampilkan adegan super lambat suatu obyek - yang karena kecepatan geraknya - tidak mungkin difilmkan secara konvensional, misalnya gerakan peluru yang ditembakkan menuju sasaran, dan kedua , kemampuan